Minggu, 29 September 2013

Imunisasi Siasat Yahudi Lumpuhkan Generasi?

Bila bibit penyakit penderita TBC, Hepatitis, Meningitis, HIV, Campak, Volio atau penyakit lainnya yang menyerang di tubuh seseorang di ambil, baik berupa bakteri, virus, lantas diolah sedemikian rupa entah dengan istilah dilemahkan atau dilumpuhkan, kemudian binih penyakit tersebut diperbanyak lalu disuntikkan ke tubuh anda atau anak anda!
Apakah dengan senang hati anda menerimanya? Aksi memasukkan bibit penyakit inilah yang akrab disebut vaksinasi atau imunisasi.
Mungkinkah tindakan ini bisa meningkatkan daya tahan tubuh bayi, anak-anak atau orang dewasa sekalipun.
Sebuah tangis pecah saat sang bayi mungil di tusuk dengan sebuah jarun injeksi untuk dimasukkan sesuatu dalam tubuhnya. Dia hanya menangis tak bisa menolak bahkan lari dari suntikkan tersebut. Dia begitu pasrah dengan tindakkan orang tuanya yang memilih jalan untuk mengimunisasi buah hati mereka.
Apakah kita selalu diam saat tubuh mungil yang selalu kita timang dimasukkan beragam racun yang kemudian akan merayap di seluruh pembuluh darah dan bersarang di organ-organ tubuh mereka? Orang tua yang sehat dan arif tentu akan menolak keras bahkan menentangnya bila hal itu terjadi.
Adakah orang akan sehat setelah dimasukkan beragam racun dalam tubuhnya, bahkan racun-racun tersebut ternyata adalah virus dan bakteripenyakit berbahaya? Atau racun itu dapat berupa khamr (minuman memabukkan), nuklir, bom atom, sabun cuci, pembersih lantai, baterei, pewarna (cat) dan bahan berbahaya lainnya? Bahkan racun-racun tersebut bersala dari bangkai babi, bangkai darah dan nanah?! Mari kita renungkan..

Sejarah Vaksin

Menelaah sejarah vaksin membuat hati menjadi geram, karena kita akan tahu betapa keji perbuatan-perbuatan mereka yaitu kalangan Yahudi untuk menguasai dunia dengan cara menyebarkan racun/ kuman pembunuh untuk ras lain terutama kaum muslim.
Pada abad 18 vaksin telah digunakan untuk memusnahkan suku Indian yang dilakukan oleh kaum zionis dengan pimpinan Jendral Jeffrer Amherst, dengan cara menyebar kuman dan penyakit yang disisipkan dalam selimut dan handuk yang dibagikann ke suku tersebut.
Kemudian pada abad 19 serum berbahay tersebut dijadikan amunisi sebagai senjata biologis dalam pperangan bahkan untuk pembunuhan secara massal. Yang akibatnya dapat menyerang dan menghancurkan otak dan system syaraf pusat.
Dan di abad 20 ini, vaksin telah dikelolah secara modern oleh Flexner Brothers, dan didanai oleh Keluarga Rockefeller dan dia adalah salah satu keluarga Yahudi yang berpengaruh di dunia. Dan merupakan bagian dari Zionisme Internasional yang memprakarsai pendirian WHO dan lembaga dunia lainnya.
Pendeknya dari data historis vaksinasi dijadikan program zionisme internasional dalam rangka menggapai misi “new world order” (tatanan dunia baru) untuk melestarikan kekuasaan Yahudi. Program vaksin merupakan misi pengendalian penduduk yang dengan program ini mereka meraup dua keuntungan sekaligus, yakni penduduk terkendali dan menuai keuntungan yang besar.
Artinya boleh jadi niat busuk Yahudi senada dengan teori, bila ingin senjata laku maka ciptakan perang. Begitu juga dalam masalah ini, mereka beranjak dari teori bila ‘obat’ (produk farmasi) ingin laku dan membuat orang lain menderita, ciptakan penyakit. Dengan strategi pembodohan ini Yahudi berusaha bangsa lain menderita sambil menguras isi kantongnya dengan alasan kesehatan.

Persoalan Vaksin (Cara Membuat Vaksin)

Penggunaan barang haram dalam pembuatan vaksin telah diakui oleh produsen vaksin terbesar di tanah air yaitu Biofarma. Seperti pernah diungkapkan Drs.Iskasdar, Apt; M.M ketika menjabat Direktur Perencanaan dan Pengembangan PT Biofarma kepada Hidayatullah.com beberapa waktu silam. Dia menjelaskan bahwa enzim tripsin babi masih digunakan dalam pembuatan vaksin, khususnya vaksin polio (IPV). Selain itu vaksin juga menggunakan media biakan virus yang berasal dari jaringan ginjal kera (sel vero), sel dari ginjal anjing, dan dari retina mata manusia.
Sementara menurut Kepala Divisi PT. Biofarma, Drs. Dori Ugiyadi mengatakan, ketiga sel kultur tersebut dipakai untuk pengembangan vaksin influenza. “di Biofarma, kita menggunakan sel ginjal monyet untuk produksi vaksin polio. Kemudian sel embrio ayam untuk produksi vaksin campak.” Ujar Dori seraya menambahkan secara produksi vaksin masih menggunakan berbagai macam sel yang berasal dari hewan maupun manusia.

Bahan Vaksin

Ummu Salamah mengurai bahan utama vaksin adalah kuman virus atau bakteri hidup atau mati, toksoid atau DNA dengan tambahan bahan tertentu, manjalankan berbagai fungsi dan biakan pembuatan vaksin.
Bahan-bahan vaksin tersebut antara lain:
Alumunium. Logam ini ditambahkan kepada vaksin dalam bentuk gel atau garam untuk mendorong produksi anti bodi. Logam ini dikenal sebagai kemungkinan penyebab kejang, penyakit alizheimer, kerusakan otak dan dementia (pikun). Menurut Persatuan Pemerhati Vaksin Australia bahan ini dapat meracuni darah, syaraf pernafasan, mengganggu sistem imun dan syaraf seumur hidup. Alumunium digunakan pada vaksin DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus), Dapt dan Hepatitis B.
Benzetonium Klorida, yaitu bahan pengawet yang belum dievaluasi untuk konsumsi menusia dan banyak digunakan untuk vaksin anthrax.
Etilen Glikol merupakan bahan utama anti beku yang digunakan pada beberapa vaksin yaitu Dapt, polio, hepatitis B sebagai bahan pengawet.
Formaldehida / Formalin. Bahan ini menimbulkan kekhawatiran besar karena dikenal sebagai karsinogen (zat pencetus kenker). Bahan ini dikenal untuk penggunaan pembalseman, fungisida, insektisida dalam pembuatan bahan peledak dan kain. Bahan ini dapat ditemukan pada beberapa vaksin.
Gelatin adalah bahan yang dikenal sebagai allergen (bahan pemicu alergi). Bahan ini ditemukan pada vaksin cacar air dan MMR (Measles/ campak, Mumps/ gondong,Rubella/ campak jerman).
Glutamat digunakan untuk menstabilkan beberapa vaksin panas, cahaya dan kondisi lingkungan lainnya. Bahan ini dikenal menyebabkan reaksi buruk dan ditemukan pada vaksin varicela.
Noemicin. Antibiotik ini digunakan untuk mencegah petumbuhan kuman didalam biakan vaksin. Bahan ini menyebabkan reaksi alergi pada beberapa orang dan ditemukan pada vaksin MMR dan Polio.
Fenol. Bahan yang berasal dari tar batubara ini digunakan di dalam produk bahan pewarna, desinfektan, plastic, bahan pengawet dan germisida. Bahan ini sangat beracun dan membahayakan.
Streptomisin. Antibiotika ini dikenal menimulkan reaksi alergi danditemukan pada vaksin polio.
Timerosal. Bahan ini adalah pengawet yang mengandung 50% etil merkuri yang mempunyaii banyak sifat yang sama dengan merkuri (air raksa) yang sangat beracun.
Sementara Persatuan Pemerhati Vaksin Australia juga adanya bahan lain dalam vaksin antara lain :
Amonium Sulfat diduga dapat meracuni sistem pencernaan, hati, syaraf dan sistem pernafasan.
Ampotericin B, sejenis obat yang digunakan untuk mencegah penyakit jamur. Efek sampingnya menyebabkan pembekuan darah, bentuk sel darah merah menjaditidak sempurna, masalah ginjal, kelesuan, demam dan alergi pada kulit.
Kasein, perekat yang kuat, sering digunakan untuk melekatkan label pada botol. Walaupun dihasilkan dari susu, namun bahan ini dianggap protein asing yang beracun.
Polysorbate 20 dan Polysorbate 80, bahan yang meracuni kulit atau organ genital.

Hentikan Vaksin

Alhamdulillah sudah cukup banyak tenaga medis dan bidan yang telah menghentikan program pemberian imunisasi baik secara terang-terangan maupun tersembunyi. Bidan Emma misalnya, dia telah menghentikan program imunisasi di kliniknya dengan alasan tidak mau mendzolimi bayi dan masyarakat dengan memasukkan ragam barang haram ke tubuh mereka.
Jika kita telaah telah banyak jenis vaksin yang harus diterima tubuh ini, mulai dari bayi usia 0-1 minggu diberikan vaksin hepatitis ketika 2 jam kelahiran, 1 minggu -3 bulan diberikan vaksin BCG, DPT I – DPT V, hepatitis I – III, Polio I – IV, usia 1 tahun vaksin campak, usia 1-3 tahun diberi vaksin MMR (Measles/ campak, Mumps/ gondong,Rubella/ campak jerman), usia kelas VI SD diberi vaksin DPT VI. Sedangkan bagi dewasa diberlakukan vaksin anti kanker servik, vaksin TT (Tetanus Toxoid) untuk ibu hamil, vaksin meningitis untuk calon jamaah haji, vaksin rabies, vaksin pneumococcus, smallpox, influenza, demam tifoid, cacar air, hepatitis A dan lainnya.
Seperti yang di ungkapkan oleh dr. Rini Syafri, M.Si memberikan kesimpulan bahwa vaksinasi hanya menjadi mimpi buruk bagi dunia akibat berlakunya system sekuler.
Bahkan kesadaran masyarakat AS dan negara Eropa seperti Perancis, Kanada, Inggris, dan Belanda telah membatalkan beberapa program vaksinasi.
***
Astagfirullah apa yang telah kita perbuat pada buah hati kita selama ini. Bagi para orang tua yang telah terlanjur membiarkan anak-anak mereka mendapatkan imunisasi sebelum terlambat mari kita hentikan gerakan ini. Kalau bukan kita sebagai orang tua siapa lagi yang akan menjaga buah hati kita dari tangan-tangan kotor kaum Yahudi. Dan bahkan kita nanti akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah Ta'ala tentang keturunan kita. Jangan sampai kita terperosok ke jalan yang dapat menjerumuskan kita pada siksa Nya. Mari kita segera bertobat atas apa yang telah kita perbuat pada buah hati kita.
Fakta lain telah banyak yang menyatakan bahwa anak-anak tanpa imunisasi ternyata memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik dan kecerdasan yang lebih baik pula. Bukankah Allah Ta’ala telah berfirman dalam Al-Quran:

“Sesungguhnya Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (QS. At-Tiin: 4)

Manusia merupakan makhluk unik yang dilengkapi system kekebalan alami yang berpotensi melawan semua mikroba, virus, serta bakteri asing dan berbahaya. Jika manusia menjalani hidupnya sesuai petunjuk syariat yang berupa perintah dan larangan, insya Allah kesehatannya terjaga dengan baik. Tuntunan Islam dalam masalah kesehatan jasmani dan rohani sudah sangat jelas dan tidak ada sedikitpun yang diragukan. Islam telah mendidik umatnya untuk merawat dan meningkatkan kesehatannya (antibodi) dengan menkonsumsi makanan dan minuman yang halal dan thayyib, sekaligus melarang makan dan minum barang yang diharamkan, kotor dan najis. Wallahua'lam bish shawab.