Morgan Spurlock adalah sutradara muda Amerika yang sekarang
namanya bisa disejajarkan dengan Michael “Fahreinheit 911” Moore. Kisahnya
berawal pada tahun 2002 ketika Spurlock masih berusia 32 tahun. Usai makan
malam dalam Thanksgiving Days di West Virginia, Spurlock duduk kekenyangan di
depan pesawat tv di rumahnya. Ketika itu tv sedang menayangkan program bertajuk
“Epidemi kegemukan di Amerika”. Spurlock menontonnya dengan serius. Dahinya
berkerut, mulutnya yang sebagian tertutup kumis tebal tertutup.
Di layar tv dua
remaja putri New York tengah menggugat restoran cepat saji Mc Donald’s,
keduanya mengaku sebagai fans berat McD dan nyaris tiap hari menyantap
hidangannya. “tapi setelah beberapa waktu, berat badan kami naik dengan cepat,
kami juga merasa tidak fit dan sakit-sakitan,” ujar salah satunya.
Kedua mata Spurlock terus memelototi layar kaca, namun
pikirannya dipenuhi berjuta tanda Tanya.
Seperti orang Amerika lazimnya, mungkin juga banyak orang di belahan dunia ini,
Spurlock pernah mendengar bahwa makanan cepat saji-di Amerika popular disebut
junkfood, makanan sampah- tidak baik bagi kesehatan. Awalnya Spurlock
menganggap itu hanya bualan atau bagian dari perang dagang. Namun pikirannya
kini terusik terus oleh kesaksian dua remaja putri tadi.
Spurlock amat penasaran, yang ia tahu selama ini McD
mengklaim seluruh produknya telah memenuhi syarat standar kesehatan
internasional. Jika demikian, kenapa kedua gadis kecil itu bisa menderita
obesitas dan sakit-sakitan? Mengapa mereka berani-beraninya menuntut McD? Benarkah
produk McD penyebabnya?
Tahukah anda ada satu kota di Amerika Serikat yang hingga
sekarang dikenal sebagai kotanya orang-orang gemuk? Yap, Houston. Bukan di
Houston saja, namun semua warga Amerika cemas dengan obesitas. Sekitar 37%
anak-anak dan remaja Amerika menderita kegemukan. Dua dari tiga orang dewasa Amerika
menderita kegemukan. Adakah ini disebabkan pola makan orang Amerika yang salah?
Seberapa andilkah junkfood dalam wabah ini?
Kembali ke Spurlock, insting sutradara muda ini mengalir
liar. Dia kemudian bertekad untuk embuat satu film documenter tentang McD. Denga
serius ia merencanakan dan menggarapnya. Kasus yang melibatkan resto terkenal
semacam McD pasti punya daya tarik tersendiri bagi rumah produksinya yang saat
itu tidak terkenal.
Spurlock sangat
sadar, McD merupakan ikon dari semua resto fastfood di seluruh dunia.
mcD juga simbol penetrasi budaya Amerika ke belahan dunia lain. Lebih dari itu,
McD jugamerupakan simbol kedigdayaan industry kapitalis AS di berbagai pelosok
dunia. McD punya sedikitnya 30.000 gerai
restoran di lebih 120 negara di enam benua. Fakta ini mau tidak mau sangat
mewarnai cara makan banyak orang di berbagai belahan dunia. Ada kata-kata
bijak, “kebudayaan lahir dari cara kita makan”. Dan itu benar, Spurlock
meyakini itu. Dan kini, seluruh resto cepat saji di dunia menjadikan McD
sebagai tolak ukur standar mutu.
Malam itu juga Spurlock mengontak Scott Ambrozy dan mengutarkan
niatnya. Direktur fotografi ternama itu tertawa nyaring mendengar ide Spurlock,
dia bahkan menuding Spurlock gila. Namun
dia akhirnya tertarik untuk ikut
menggarapnya.
Tidak tanggung-tanggung, kali ini Spurlock sendiri yang akan
menjadi bintang utamanya. Artinya, ia sendiri akan jadi relawan dalam film yang
dibuatnya. Menurut rencana, selama 30 hari, Spurlock hanya akan mengonsumsi
makanan dan minuman made in McD, yang lain no way !
Pembuatan film eksperimen ini melibatkan tiga orang dokter:
Dr. Daryl Isaac, M.D, Dr. Lisa Ganjhu, D.O, dan Dr. Stephen Siegel, M.D, lalu
Bridget Bennett, MS,RD sebagai pakar nutrisi, dan tiga buah laboratoeium
berbeda.
Selain mengunjungi ahli medis dan tiga buah laboratorium
secara teratur, Spurlock juga mewawancarai sejumlah pakar nutrisi, pengamat,
pembuat undang-undang, pengarag buku, dan peneliti tentang junkfood. Spurlock juga
rajin mengobrol dengan orang-orang biasa yang sering mengunjungi McD. Salah
satu teman diskusinya adalah Eric Schlosser’s, pengarang buku Fast Food Nation.
Ia juga berkeliling ke dua puluh kota di Amerika termasuk Houston. Selama
perjalanan yang memakan waktu satu bulan itu, Spurlock hanya mengonsumsi
makanan made in McD.
Tiga puluh hari kemudian apa yang terjadi ?
Setelah mengonsumsi ribuan kentang goring dan puluhan ribu
kalori-Spurlock sendiri mengakui telah mengonsumsi 13,5 kg gula dan 5,5 kg
lemak- dia membuat film menarik seperti yang diimpikannya. Karyanya diberi
judul “Super Size Me” . ini ungkapan sekaligus kenyataan yang menimpa dirinya. Setelah
30 hari yang menyiksa, berat badannya naik 11,25 kg.
Setelah bertambah gemuk, Spurlock juga merasakan hal-hal
yang tidak biasa. Badannya jadi tidak karuan, cepat lelah, sering pusing,
jantung berdebar-debar kencang akibat makanan yang amat banyak mengandung gula
dan lemak. Gula darah dan kolesterolnya naik. Tekanan darah pun jadi tak
karuan. Para dokter memberinya saran agar dia menghentikan eksperimen gilanya. Tapi
Spurlock tidak menyerah. Filmnya menyabet banyak penghargaan internasional.
Super Size Me ditayangkan perdana di 41 bioskop Amerika pada
7 Mei 2004. Di malam pembukaan saja, film ini berhasil menyedot laba kotor US$
516, 641. Para penonton mengaku puasdan sepakat dengan Spurlock bahwa pola
makan warga Amerika memang jauh dari sehat. Pihak McD sendiri awalnya tidak
memberi tanggapan. Namun setelah film itu kian hari kian mendapat perhatian
luas, bahkan menyabet banyak penghargaan di berbagai festival film dunia,
akhirnya McD buka suara. Anehnya, walau Super Size Me awalnya diputar di
Amerika, yang pertama kali bereaksi adalah resto McD yang ada di Australia.
Direktur eksekutif McDonald’s Australia, Guy Russo, pada 14 Juni 2004 dengan
keras menyebut Spurlock sebagai orang bodoh. “Tidak ada seorang pun yang dalam
30 hari terus menerus mengonsumsi makanan dan minuman McD. Itu tindakan orang bodoh.
Kami meyakini, dan selalu demikian, bahwa produk kami adalah salah satu pilihan
yang tepat untuk penyeimbang diet,” ujar Russo setengah berpromosi.
Bagaimana sikap Spurlock ?
Dengan santai, jebolan New York University Tisch School of The Arts
menyatakan, “Bisa jadi aku terlalu ekstrim . tapi aku juga punya alasan. Walau
tidak 30 hari berturut-turut, tapi adalah suatu kenyataan bahwa banyak sekali
orang, dari anak-anak kecil hingga orang tua yang mengonsumsi junkfood terutama
produk McD lima atau enam kali dalam sepekan. Hal itu sudah dianggap bagian
dari budaya Amerika. Bagaimana jika
kebiasaan itu terus dilakukan dalam jangka waktu yang panjang, bertahun-tahun
dalam hidupnya. Suatu saat dia akan merasakan efek dai apa yang telah
dikonsumsinya itu. Bukankah itu sudah terlambat ? aku hanya berupaya
mengingatkan.
Selain itu, produser film ini juga memaparkan sejumlah
temuannya. “McD memberi makan 46 juta orang di seluruh dunia tiap hari. Angka
itu lebih besar ketimbang jumlah rakyat Spanyol keseluruhan. Ini soal satu industry
global. Rentangan target mereka amat luas, dari anak-anak hingga orang tua. Bahkan
untuk menarik hati anak-anak, di tiap gerai mereka sengaja menaruh badut dan
arena bermain.”
Junkfood hanyalah salah satu contoh kecil dari operasi terselubung
kaum globalis dalam mengurangi populasi manusia, junkfood memang bisa membunuh
walau perlahan. Dan pembunuan perlahan itu yang paling menyakitkan.