Kamis, 26 Juli 2012

KISAH MORGAN SPURLOCK MENGENAI Mc DONALD's



Morgan Spurlock adalah sutradara muda Amerika yang sekarang namanya bisa disejajarkan dengan Michael “Fahreinheit 911” Moore. Kisahnya berawal pada tahun 2002 ketika Spurlock masih berusia 32 tahun. Usai makan malam dalam Thanksgiving Days di West Virginia, Spurlock duduk kekenyangan di depan pesawat tv di rumahnya. Ketika itu tv sedang menayangkan program bertajuk “Epidemi kegemukan di Amerika”. Spurlock menontonnya dengan serius. Dahinya berkerut, mulutnya yang sebagian tertutup kumis tebal tertutup.
Di layar  tv dua remaja putri New York tengah menggugat restoran cepat saji Mc Donald’s, keduanya mengaku sebagai fans berat McD dan nyaris tiap hari menyantap hidangannya. “tapi setelah beberapa waktu, berat badan kami naik dengan cepat, kami juga merasa tidak fit dan sakit-sakitan,” ujar salah satunya.
Kedua mata Spurlock terus memelototi layar kaca, namun pikirannya dipenuhi berjuta  tanda Tanya. Seperti orang Amerika lazimnya, mungkin juga banyak orang di belahan dunia ini, Spurlock pernah mendengar bahwa makanan cepat saji-di Amerika popular disebut junkfood, makanan sampah- tidak baik bagi kesehatan. Awalnya Spurlock menganggap itu hanya bualan atau bagian dari perang dagang. Namun pikirannya kini terusik terus oleh kesaksian dua remaja putri tadi.
Spurlock amat penasaran, yang ia tahu selama ini McD mengklaim seluruh produknya telah memenuhi syarat standar kesehatan internasional. Jika demikian, kenapa kedua gadis kecil itu bisa menderita obesitas dan sakit-sakitan? Mengapa mereka berani-beraninya menuntut McD? Benarkah produk McD penyebabnya?
Tahukah anda ada satu kota di Amerika Serikat yang hingga sekarang dikenal sebagai kotanya orang-orang gemuk? Yap, Houston. Bukan di Houston saja, namun semua warga Amerika cemas dengan obesitas. Sekitar 37% anak-anak dan remaja Amerika menderita kegemukan. Dua dari tiga orang dewasa Amerika menderita kegemukan. Adakah ini disebabkan pola makan orang Amerika yang salah? Seberapa andilkah junkfood dalam wabah ini?
Kembali ke Spurlock, insting sutradara muda ini mengalir liar. Dia kemudian bertekad untuk embuat satu film documenter tentang McD. Denga serius ia merencanakan dan menggarapnya. Kasus yang melibatkan resto terkenal semacam McD pasti punya daya tarik tersendiri bagi rumah produksinya yang saat itu tidak terkenal.
Spurlock sangat  sadar, McD merupakan ikon dari semua resto fastfood di seluruh dunia. mcD juga simbol penetrasi budaya Amerika ke belahan dunia lain. Lebih dari itu, McD jugamerupakan simbol kedigdayaan industry kapitalis AS di berbagai pelosok dunia.  McD punya sedikitnya 30.000 gerai restoran di lebih 120 negara di enam benua. Fakta ini mau tidak mau sangat mewarnai cara makan banyak orang di berbagai belahan dunia. Ada kata-kata bijak, “kebudayaan lahir dari cara kita makan”. Dan itu benar, Spurlock meyakini itu. Dan kini, seluruh resto cepat saji di dunia menjadikan McD sebagai tolak ukur standar mutu.
Malam itu juga Spurlock mengontak Scott Ambrozy dan mengutarkan niatnya. Direktur fotografi ternama itu tertawa nyaring mendengar ide Spurlock, dia bahkan menuding Spurlock  gila. Namun dia akhirnya  tertarik untuk ikut menggarapnya.
Tidak tanggung-tanggung, kali ini Spurlock sendiri yang akan menjadi bintang utamanya. Artinya, ia sendiri akan jadi relawan dalam film yang dibuatnya. Menurut rencana, selama 30 hari, Spurlock hanya akan mengonsumsi makanan dan minuman made in McD, yang lain no way !
Pembuatan film eksperimen ini melibatkan tiga orang dokter: Dr. Daryl Isaac, M.D, Dr. Lisa Ganjhu, D.O, dan Dr. Stephen Siegel, M.D, lalu Bridget Bennett, MS,RD sebagai pakar nutrisi, dan tiga buah laboratoeium berbeda.
Selain mengunjungi ahli medis dan tiga buah laboratorium secara teratur, Spurlock juga mewawancarai sejumlah pakar nutrisi, pengamat, pembuat undang-undang, pengarag buku, dan peneliti tentang junkfood. Spurlock juga rajin mengobrol dengan orang-orang biasa yang sering mengunjungi McD. Salah satu teman diskusinya adalah Eric Schlosser’s, pengarang buku Fast Food Nation. Ia juga berkeliling ke dua puluh kota di Amerika termasuk Houston. Selama perjalanan yang memakan waktu satu bulan itu, Spurlock hanya mengonsumsi makanan made in McD.
Tiga puluh hari kemudian apa yang terjadi ?
Setelah mengonsumsi ribuan kentang goring dan puluhan ribu kalori-Spurlock sendiri mengakui telah mengonsumsi 13,5 kg gula dan 5,5 kg lemak- dia membuat film menarik seperti yang diimpikannya. Karyanya diberi judul “Super Size Me” . ini ungkapan sekaligus kenyataan yang menimpa dirinya. Setelah 30 hari yang menyiksa, berat badannya naik 11,25 kg.
Setelah bertambah gemuk, Spurlock juga merasakan hal-hal yang tidak biasa. Badannya jadi tidak karuan, cepat lelah, sering pusing, jantung berdebar-debar kencang akibat makanan yang amat banyak mengandung gula dan lemak. Gula darah dan kolesterolnya naik. Tekanan darah pun jadi tak karuan. Para dokter memberinya saran agar dia menghentikan eksperimen gilanya. Tapi Spurlock tidak menyerah. Filmnya menyabet banyak penghargaan internasional.
Super Size Me ditayangkan perdana di 41 bioskop Amerika pada 7 Mei 2004. Di malam pembukaan saja, film ini berhasil menyedot laba kotor US$ 516, 641. Para penonton mengaku puasdan sepakat dengan Spurlock bahwa pola makan warga Amerika memang jauh dari sehat. Pihak McD sendiri awalnya tidak memberi tanggapan. Namun setelah film itu kian hari kian mendapat perhatian luas, bahkan menyabet banyak penghargaan di berbagai festival film dunia, akhirnya McD buka suara. Anehnya, walau Super Size Me awalnya diputar di Amerika, yang pertama kali bereaksi adalah resto McD yang ada di Australia. Direktur eksekutif McDonald’s Australia, Guy Russo, pada 14 Juni 2004 dengan keras menyebut Spurlock sebagai orang bodoh. “Tidak ada seorang pun yang dalam 30 hari terus menerus mengonsumsi makanan dan minuman McD. Itu tindakan orang bodoh. Kami meyakini, dan selalu demikian, bahwa produk kami adalah salah satu pilihan yang tepat untuk penyeimbang diet,” ujar Russo setengah berpromosi.
Bagaimana sikap Spurlock ?  Dengan santai, jebolan New York University Tisch School of The Arts menyatakan, “Bisa jadi aku terlalu ekstrim . tapi aku juga punya alasan. Walau tidak 30 hari berturut-turut, tapi adalah suatu kenyataan bahwa banyak sekali orang, dari anak-anak kecil hingga orang tua yang mengonsumsi junkfood terutama produk McD lima atau enam kali dalam sepekan. Hal itu sudah dianggap bagian dari budaya Amerika.  Bagaimana jika kebiasaan itu terus dilakukan dalam jangka waktu yang panjang, bertahun-tahun dalam hidupnya. Suatu saat dia akan merasakan efek dai apa yang telah dikonsumsinya itu. Bukankah itu sudah terlambat ? aku hanya berupaya mengingatkan.
Selain itu, produser film ini juga memaparkan sejumlah temuannya. “McD memberi makan 46 juta orang di seluruh dunia tiap hari. Angka itu lebih besar ketimbang jumlah rakyat Spanyol keseluruhan. Ini soal satu industry global. Rentangan target mereka amat luas, dari anak-anak hingga orang tua. Bahkan untuk menarik hati anak-anak, di tiap gerai mereka sengaja menaruh badut dan arena bermain.”
Junkfood hanyalah salah satu contoh kecil dari operasi terselubung kaum globalis dalam mengurangi populasi manusia, junkfood memang bisa membunuh walau perlahan. Dan pembunuan perlahan itu yang paling menyakitkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar